Minggu, 01 Februari 2009

MENCOBA UNTUK BERPERANG Sebuah Kritik Pedas Pada Tokoh-Tokoh yang Mengaku Terlalu Pintar

Ketika saya membuka computer milik teman saya , ada terlihat beberapa kilasan tentang Hermeneutika yaitu teori tentang penafsiran yang pada historisnya terlahir dari kaum Kristen yang tidak puas dengan penjelasan-penjelasan yang ada pada Bibel sehinga mereka menempuh jalan dengan penapsiran yang kritis terhadap Bibel yang di tafsirkan isi nya sesuai dengan kehendak mereka yang sekiranya perlu dan ada kaitannya dengan Nafsu manusiawi sang penafsir. Ada beberapa orang yang mengaku beragama Islam yang menyakini bahwa konteks al-Quran ynag di turunkan Allah kepada Nabi Muhamad mengalami kesalahan terutama pada masa di mana Al-Quran di jadikan Mushaf oleh Abu Bakar dan Umsr selsnjutnys di bakukan oleh Usman bin Affan. Sehingga umat islam pada masa itu mengakui bahwa Mushaf yang di akui kebenarannya adalah Mushaf Usmani.

Beranjak dari sini kita tahu bahwa sejarah mencatat ketiaka usman mencoba untuk membakukan mushaf Al-Quran ia terlebih dahulu bermusyawarah dan beremuk dengan sahabat-sahabat yang lain dan pengambilan keputusan ini tidak hanya berdasarkan arogansi kekuasaan Usman sebagai Kholifah ketika itu namun lebih pada kecintaan beliau terhadap Al-Quran dan Ketaatan beliau akan segala petuah Nadi Muhammad SAW. Kembali pada tokoh islam yang mengaku bahwa dirinya pantas untuk menkritik Al-Quran, Jurnal Justisia Fakultas Syariah Institut Agama Islam Negeri Semarang, (Edisi 23 Th XI, 2003):

“Dalam studi kritik Qur’an, pertama kali yang perlu dilakukan adalah kritik historisitas Qur’an. Bahwa Qur’an kini sudah berupa teks yang ketika hadir bukan bebas nilai dan tanpa konteks. Justru konteks Arab 14 abad silam telah mengkonstruk Qur’an…”

Saya mencoba untuk berperang idiologi dengan orang yang menulis ulasan di atas bahwa Al-Quran yang sekarang buklanlah kitab suci yang ashli yang diturunkan Allah SWT kepada Rasulullah Muhammad SAW, andaikan ia cuplikan ayat Al-Quran yang menyatakan bahwa yang menjaga Al-Quran Allah sendiri bukan lagi manusia karena Allah tahu kalau manusia itu penuh dengan kelemahan. Dengan segala kelemahan yang ada pada manusia sehingga tugas penjagaan Al-Quran sendiri tidak di bebeankan pada manusia namun hanya untuk diri-Nya. Namun untuk itu semua harus ada perantara yang menjadi perantaranya adalah manusia itu sendiri namun atas bimbingan dan petunjuk dari-Nya, untuk menjadi perntaranya ppun tidak di peruntukan untk seluruh manusia akan tetapi hanya manusia pilihan yang dapat menerimanya agar umat manusia tidak meragukan lagi akan isi Al-Quran.

Kalau kita melihat setatus Usman yang menjadi pelopoer di Mushafkannya Al-Quran berdasarkan dialek Quraisy itu semua atasa dasar Historis orang yang mendapatkan amanat Wahyu Allah ini yaitu Muahammad SAW yang berasal dari kaum Quraisy kalau Usman hanya ingin mempertahankan hegemoninya berarti Allah menurunkan Muhammad dari bangsa Quraisy sebagai bentuk dukungan. Dan alas an Usman ketika itu karena nabi berasal dari kaum Quraisy sehingga tak ada salahnya apabila nAl-Quran dari segi dialeknya di samakan dengan lahjah Quraisy apa bedanya dengan mengapa Al-Quran harus berbahasa arab bukan yang lainya, kesemuanya itu sudah menjadi paketan yang Allah rencanakan agar manusia mau berpikir tanpa harus menkritiki isi Al-Quran karena kebenarannya sudah terjamin, hanya orang-orang yang tak mendapatkan hidayah saja yang tidak mau mengikuti tuntunanya.

Saya mencoba untuk memberikan penalaran yang sederhana, mengapa Allah menurunkan Al-Quran melalui nabi Muhammad yang nota benenya dari kaum Quraisy yang menggunakan bahasa arab. Kaum Quraisy adalah kaum yang mempunyai dialek bahasa arab terfashih, jadi wajar saja kalau patokan Usman dalam menentukan pedoman membaca dan tulisannya berdasarkan dialek kaum Quraisy suatu hal yang bodoh kalaulah Usman mengambil dialek kaum lain yang belum jelas kefashihannya. Lalu kalaulah kita berkaca pada hadist nabi yang menyatakan Usman termasuk diantara sepuluh sahabat yang di jamin masuk surga, itu bukan semata-mata karena Usman masih ada hubungan dekat dengan Rasulullah tetapi ketaatan Usman kepada Nabi sehingga nabi berani menjamin sahabatnya itu untuk masuk surga. Kalaulah memang Usman hanya lebih mementingkan kaumnya saja apalagi dalam permasalahan Al-Quran sepertinya Rasulullah tidak jadi menjamin dia untuk masuk surga toh dia sudah mengngkari apa-apa yang seharusnya menjadi kewajiban dia dalam mentaati perintah Rasulullah.

Luthfi Assyaukanie:

“Sebagian besar kaum Muslim meyakini bahwa al-Qur’an dari halaman pertama hingga terakhir merupakan kata-kata Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad secara verbatim, baik kata-katanya (lafdhan) maupun maknanya (ma‘nan). Kaum Muslim juga meyakini bahwa al-Qur’an yang mereka lihat dan baca hari ini adalah persis seperti yang ada pada masa Nabi lebih dari seribu empat ratus tahun silam. Keyakinan semacam itu sesungguhnya lebih merupakan formulasi dan angan-angan teologis (al-khayal al-dini) yang dibuat oleh para ulama sebagai bagian dari formalisasi doktrin-doktrin Islam. Hakikat dan sejarah penulisan al-Qur’an sendiri sesungguhnya penuh dengan berbagai nuansa yang delicate (rumit), dan tidak sunyi dari perdebatan, pertentangan, intrik dan rekayasa.”

Saya ingin mengomentari kutipan diatas mungkin dia lupa bahwa di dalam Al-Quran sudah termaktub dengan jelas bahwa Allahlah yang menjaga langsung akan keutuhan isi kitabnya tak ada satu hurufpun yang terlewatkan dari penjagaannya kalaulah A-Quran yang sekarang ini tidak sesuai dengan yang ashlinya sudah barang tentu Allah sudah memusnahkannya sejak adanya mushaf ini namun perjalanan mushaf Usmani ini sudah melewati lebih dari seribu tahun kalau dia ( sang penulis di atas ) mengatakan kalau inilah saatnya kita mengejar isi yang benar dengan menkritiki dan mengambil dari hasil kritikan apa dia bisa menjamin kalauhasil yang di capainya nanti jauh lebih baik, padahal untuk bisa membuat stetemen ini saja dia harus mengali sejarah terlebih dahulu yang mana ke absahan sejarah itu sendiri masih membutuhkan berdebatan yang baru. Dan yang tak lebih penting sedemikian bodohnya Allah yang membiarkan umatnya tersesat selama beabad-abad.Wallahu A’lam hanya Allah yang maha tahu dari segalanya.

Kalau anda memperhatikan tulisan ini dengan seksama anda akan menemukan berbagai macam kesalahan entah dari tulisannya hurfnya, tata bahasanya , bahkan mungkin cara penyampainya karena saya mengakui bahwa saya manusia yang sudah di takdirkan untuk berbuat segala kesalahan yang ternyata dari kesalahan itu saya menjadi berkembang sebagaimana dosa yang selalu mengiringi tindak tanduk manusia agar ia slalu bertaubat karena dengan dosa itu manusia akan lebih dekat dengan Allah sang pengampun dosa.

Tidak ada komentar: